Mohammad Natsir Memulihkan Hubungan Diplomatik Indonesia Di Malaysia
- 23 May 2022
Dalam statusnya sebagai tahanan politik, Natsir telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada permulaan Orde Baru (Orba). Waktu itu, pemerintah Orba ingin memulihkan hubungan dengan Malaysia yang rusak akibat obsesi politik Soekarno dengan “Politik Ganyang Malaysia”. Untuk itulah, “Pemerintah Orba mengutus Ali Murtopo dan L.B. Moerdani untuk menemui PM
Tengku Abdul Rahman. Namun, Bapak Malaysia itu menolak menerima mereka.”
Kedua utusan itu pulang dengan tangan hampa. Untuk menembus kebuntuan itu, pemerintah mengutus Brigjen Sofyar untuk menemui Natsir di Wisma Keagungan, setelah mengetahui bahwa Natsir bersahabat baik dengan Tengku Abdul Rahman. Tanpa banyak tanya dan jiwa besar, Natsir segera menulis memo untuk Tengku Abdul Rahman menerangkan maksud baik pemerintah RI. Memo yang bertulisan tangan itu berbunyi, “Ini ada niat dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Mudah-mudahan
Tengku bisa menerima.”
Menurut Deliar Noer, “Sesungguhnya memo itu atas permintaan Soeharto yang saat itu menjadi Ketua Presidium Kabinet/Pejabat Presiden.”14 Berbekal memo singkat dari Natsir itu, Tengku Abdul Rahman terbuka hatinya dan bersedia menerima utusan pemerintah Indonesia.15
Demikianlah, meskipun berada dalam tahanan politik, Natsir telah membantu pemerintah Orba dalam memulihkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia yang rusak akibat politik konfrontatif Bung Karno. Berkat memo Natsir itu, dapat terjalin kembali persahabatan antara dua negara dan bangsa yang bertetangga dekat, bahkan kemudian lebih erat lagi dalam wadah ASEAN. Namun sayang, peranan dan jasa Natsir itu jarang terungkap dan tidak dimuat dalam buku-buku sejarah Indonesia. Lebih dari itu, jasa Natsir itu dilupakan pemerintah Orba karena tidak segera mengeluarkan dia dari tahanan. Dia dan teman-temannya baru dibebaskan setelah ada demonstrasi-demonstrasi yang menuntut pembebasan mereka. Meskipun pada hakikatnya Natsir tidak mengharapkan balas jasa dan tidak pula merasa sangat berjasa.
Sumber Bacaan Buku Mohammaad Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia Karya M.Dzulfikriddin
Illustration from google and belong to the owner