FUNGSI WAKAF DALAM SISTEM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA
- 04 January 2022
Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam wakaf sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU No. 41 Tahun 2004 meliputi:
a. Wakif;
b. Nazhir;
c. Harta Benda Wakaf;
d. Ikrar Wakaf;
e. Peruntukan harta benda wakaf;
f. Jangka waktu wakaf.
Untuk lebih jelasnya, masing-masing unsur tersebut kami uraikan sebagai berikut:
a. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Terdiri dari 3 jenis, yaitu orang perseorangan, badan hukum, dan organisasi sosial. Pada umumnya perorangan pemilik tanah yang bersangkutan haruslah telah dewasa, sehat akal, oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum serta merupakan pemilik sah harta benda wakaf. Sedangkan untuk badan hukum sebagaimana telah ditunjuk sebagai badan hukum yang dapat memiliki tanah sebagaimana diatur dalam PP No. 39 tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-badan hukum yang dapat mempunyai Hak Milik atas tanah. Misalnya bank yang didirikan negara, serta organisasi sosial yang berhak memiliki tanah. Selain itu keduanya, haruslah mengatur soal perwakafan ini dalam anggaran dasar organisasi/badan hukum yang dimaksud.
b. Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Nadzir ini juga dapat berupa perseorangan, organisasi, dan badan hukum. Seseorang dapat menjadi nadzir apabila dia memenuhi syarat yaitu warga negara Indonesia, beragama islam, dewasa, amanah, mampu secara jasmani dan rohani, serta tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. Untuk nadzir berupa organisasi sosial, maka harus memenuhi syarat:
1. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan
2. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Sedangkan bagi badan hukum, hanya dapat menjadi Nazhir apabila memenuhi persyaratan:
1. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan
2. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
3. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Seorang Nazhir mempunyai tugas utama:
1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya;
3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
Dalam melaksanakan tugasnya, Nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen). Selain itu nadzir juga mendapatkan pembinaan dari menteri agama dan Badan Wakaf Indonesia.
a. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif. Wakaf berdasarkan harta benda wakaf dapat dibedakan menjadi 3. Yaitu benda bergerak, tidak bergerak dan uang. Benda bergerak yang dimaksudkan adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi :
1. Uang;
2. Logam mulia;
3. Surat berharga;
4. Kendaraan;
5. Hak atas kekayaan intelektual;
6. Hak sewa; dan
7. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud meliputi:
1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
2. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah baik yang sudah maupun belum terdaftar;
3. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
4. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain wakaf berupa benda bergerak dan tidak bergerak tersebut, dikenal juga adanya wakaf uang. Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh Menteri. Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan oleh Wakif dengan pernyataan kehendak Wakif yang dilakukan secara tertulis. Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang. Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada Wakif dan Nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf. Lembaga keuangan syariah atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang.
Terhadap harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang untuk:
1. Dijadikan jaminan;
2. Disita;
3. Dihibahkan;
4. Dijual;
5. Diwariskan;
6. Ditukar; atau
7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
Dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah. Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Ikrar wakaf ini merupakan sesuatu yang wajib dilakukan. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi. Dalam hal Wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, Wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi. Untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya penyerahkan surat dan/atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW. Saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi persyaratan:
Dewasa;
Beragama Islam;
Berakal sehat;
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf. Akta ikrar wakaf sebagaimana dimaksud memuat:
Nama dan identitas Wakif;
Nama dan identitas Nazhir;
Data dan keterangan harta benda wakaf;
Peruntukan harta benda wakaf;
Jangka waktu wakaf.
Peruntukan harta benda wakaf adalah maksud pewakafan harta oleh wakif kepada nadzir serta harus disebutkan secara jelas dan tegas. Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:
Sarana dan kegiatan ibadah;
Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;
Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
Penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh Wakif pada pelaksanaan ikrar wakaf. Apabila Wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, Nazhir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
Sedangkan jangka waktu wakaf merujuk pada waktu dimulainya pewakafan sampai dengan berakhirnya nanti. Selain jenis wakaf yang dilakukan dengan cara tersebut diatas, dikenal juga wakaf yang dilakukan atas dasar wasiat. Wakaf dengan wasiat baik secara lisan maupun secara tertulis hanya dapat dilakukan apabila disaksikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi. Harta benda wakaf yang diwakafkan dengan wasiat paling banyak 1/3 (satu pertiga) dari jumlah harta warisan setelah dikurangi dengan utang pewasiat, kecuali dengan persetujuan seluruh ahli waris. Wakaf dengan wasiat dilaksanakan oleh penerima wasiat setelah pewasiat yang bersangkutan meninggal dunia. Penerima wasiat bertindak sebagai kuasa wakif. Wakaf dengan wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan tata cara perwakafan yang diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam hal wakaf dengan wasiat tidak dilaksanakan oleh penerima wasiat, atas permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat.
Sitorus Oloan & Puri H. Widhiana. Hukum Tanah. STPN 2014
Writer: Admin Sayap Bening Law Office